Intip Jurus Mengemis Ala Pengemis
Seorang ibu berjalan gontai membawa dua gelas air mineral di tepi Jl Raya Bogor, daerah Cijantung, Jakarta Timur. Wajahnya seperti kebingungan. Tangannya menuntun anak kecil yang tampak kucel. Dalam panas terik, keringat di wajahnya diseka dengan ujung kaos lengan panjangnya yang berwajah merah.
Mereka menghampiri setiap orang yang berada di pinggir jalan. "Tolong, Pak. Saya kehabisan uang. Kasihan anak saya nggak bisa jalan jauh," kata ibu itu memelas, Rabu (4/8/2010).
Si ibu yang mengaku bernama Ana itu, mengaku dari Leuwiliang, Bogor, hendak mencari saudaranya ke Kramat Jati. Dia butuh uang pinjaman untuk biaya sekolah anaknya. Namun di Jakarta, dia malah tersasar. Lalu, seorang pria yang merasa iba, memberikan uang Rp 10.000 untuk biaya si ibu pulang ke Bogor.
"Saya mau pulang, Pak. Uangnya buat naik angkutan," kata perempuan berusia sekitar 40-an tahun ini.
Uang sudah diberi, tapi si ibu terap menyusuri jalan. Padahal di Cijantung, berseliweran aneka kendaraan umum tujuan Bogor. Seorang tukang ojek pun menyeletuk, "Wah, jangan kaget, Mas. Sudah biasa itu. Kita tertipu semua," kata Dedi, tukang ojek.
Menurut Dedi, seminggu menjelang bulan puasa Ramadan, banyak pengemis berdatangan ke Jakarta termasuk di Cijantung. Mereka datang dari berbagai daerah di sekitar Jakarta bahkan Pantura, Jawa Barat. Oleh karena itu pada saat ini pun banyak razia gelandangan dan pengemis dilakukan Pemprov DKI Jakarta.
Para pengemis ini punya berbagai jurus untuk mendapatkan uang dengan mudah. Ada yang mengemis seperti biasa, mengaku kehabisan ongkos, atau pura-pura meminta sumbangan. Bahkan ada juga yang memakai bayi, untuk membangkitkan rasa iba.
Di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan, detikcom menemukan Suni, perempuan paruh baya sekitar 50-an tahun. Setiap tahun dia datang dari Indramayu, Jawa Barat ke Jakarta untuk mengemis menjelang Ramadan. Tahun ini dia datang lebih awal, agar bisa menghapalkan wilayah.
"Ya saya setiap tahun ke Jakarta, abis ngga punya uang buat keluarga di kampung," yang ditemui tengah menyusuri Jalan Raya Fatmawati, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Suni lebih mengandalkan gaya mengemis konvensional, dengan menghampiri semua orang atau rumah untuk mengharapkan belas kasihan warga. Suni mengaku menjalani hidup seperti ini justru demi membantu membiayai hidup keluarganya di kampung. Ada banyak kisah yang muncul di balik kehidupan gelandangan dan pengemis atau gepeng di Ibu Kota yang menjamur menjelang Lebaran.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang Lebaran bisa disebut masa panen bagi gelandangan dan pengemis (gepeng). Mereka menyesaki perempatan jalan. Jumlah gepeng yang begitu banyak memunculkan dugaan ada gepeng teroganisir. Umumnya para gepeng berasal dari wilayah Pantai Utara Jawa seperti Indramayu, Kuningan, Cirebon, Jawa Barat dan Brebes, dan Tegal, Jawa Tengah.
Selain itu, banyak pula yang datang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Gepeng yang menjamur ini tak pelak meresahkan warga Jakarta. Pihak keamanan pun sering kewalahan menertibkan. Bahkan tidak jarang panti sosial, tempat penampungan sementara gepeng yang terjaring, penuh sesak.
Jakarta memang diakui masih menjadi magnet bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) ini. Bahkan pihak Satpol PP DKI Jakarta bertekad akan membersihkan gepeng serta manusia gerobak.
"Kita segera akan melakukan penertiban para PMKS dan juga manusia gerobak yang
marak beroperasi saat bulan puasa," kata Kepala Satpol PP Pemrprov DKI Jakarta,
Effendi Anas, kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Satpol PP juga akan mencari tempat-tempat yang biasa dijadikan pemukiman sementara PMKS ketika menyambangi Jakarta di bulan Ramadan. "Kita sudah indetifikasi tempat para PMKS tersebut biasa tinggal di Jakarta selama bulan Ramadan. Kita juga akan lakukan penertiban ke penampungan mereka," ujar dia.
Effendi juga mengaku, akan memproses secara hukum bagi para pengemis yang kedapatan menyewa anak balita dalam operasinya. "Kebanyakan begitu, menurut informasi yang kita dapat, agar anak ini diam banyak yang dibius. Ini yang akan kita tindak tegas juga, terutama yang memanfaatkan anak-anak di bawah umur untuk bekerja sebagai pengemis," ancamnya.
Effendi juga mengakatakan, telah berkordinasi dengan panti sosial di Pemalang, Jawa Tengah dan Indramayu, Jawa Barat, karena selama ini banyak PMKS yang tertangkap dari daerah-daerah tersebut. Mereka juga akan fokus mencari para kordinator gepeng ini. "Kami menduga praktik maraknya PMKS pada bulan puasa ada yang mengkoordinir. Kita akan berikan sanksi yang lebih berat untuk para koordinator PMKS," kata mantan Walikota Jakarta Utara ini.
Mereka menghampiri setiap orang yang berada di pinggir jalan. "Tolong, Pak. Saya kehabisan uang. Kasihan anak saya nggak bisa jalan jauh," kata ibu itu memelas, Rabu (4/8/2010).
Si ibu yang mengaku bernama Ana itu, mengaku dari Leuwiliang, Bogor, hendak mencari saudaranya ke Kramat Jati. Dia butuh uang pinjaman untuk biaya sekolah anaknya. Namun di Jakarta, dia malah tersasar. Lalu, seorang pria yang merasa iba, memberikan uang Rp 10.000 untuk biaya si ibu pulang ke Bogor.
"Saya mau pulang, Pak. Uangnya buat naik angkutan," kata perempuan berusia sekitar 40-an tahun ini.
Uang sudah diberi, tapi si ibu terap menyusuri jalan. Padahal di Cijantung, berseliweran aneka kendaraan umum tujuan Bogor. Seorang tukang ojek pun menyeletuk, "Wah, jangan kaget, Mas. Sudah biasa itu. Kita tertipu semua," kata Dedi, tukang ojek.
Menurut Dedi, seminggu menjelang bulan puasa Ramadan, banyak pengemis berdatangan ke Jakarta termasuk di Cijantung. Mereka datang dari berbagai daerah di sekitar Jakarta bahkan Pantura, Jawa Barat. Oleh karena itu pada saat ini pun banyak razia gelandangan dan pengemis dilakukan Pemprov DKI Jakarta.
Para pengemis ini punya berbagai jurus untuk mendapatkan uang dengan mudah. Ada yang mengemis seperti biasa, mengaku kehabisan ongkos, atau pura-pura meminta sumbangan. Bahkan ada juga yang memakai bayi, untuk membangkitkan rasa iba.
Di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan, detikcom menemukan Suni, perempuan paruh baya sekitar 50-an tahun. Setiap tahun dia datang dari Indramayu, Jawa Barat ke Jakarta untuk mengemis menjelang Ramadan. Tahun ini dia datang lebih awal, agar bisa menghapalkan wilayah.
"Ya saya setiap tahun ke Jakarta, abis ngga punya uang buat keluarga di kampung," yang ditemui tengah menyusuri Jalan Raya Fatmawati, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Suni lebih mengandalkan gaya mengemis konvensional, dengan menghampiri semua orang atau rumah untuk mengharapkan belas kasihan warga. Suni mengaku menjalani hidup seperti ini justru demi membantu membiayai hidup keluarganya di kampung. Ada banyak kisah yang muncul di balik kehidupan gelandangan dan pengemis atau gepeng di Ibu Kota yang menjamur menjelang Lebaran.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang Lebaran bisa disebut masa panen bagi gelandangan dan pengemis (gepeng). Mereka menyesaki perempatan jalan. Jumlah gepeng yang begitu banyak memunculkan dugaan ada gepeng teroganisir. Umumnya para gepeng berasal dari wilayah Pantai Utara Jawa seperti Indramayu, Kuningan, Cirebon, Jawa Barat dan Brebes, dan Tegal, Jawa Tengah.
Selain itu, banyak pula yang datang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Gepeng yang menjamur ini tak pelak meresahkan warga Jakarta. Pihak keamanan pun sering kewalahan menertibkan. Bahkan tidak jarang panti sosial, tempat penampungan sementara gepeng yang terjaring, penuh sesak.
Jakarta memang diakui masih menjadi magnet bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) ini. Bahkan pihak Satpol PP DKI Jakarta bertekad akan membersihkan gepeng serta manusia gerobak.
"Kita segera akan melakukan penertiban para PMKS dan juga manusia gerobak yang
marak beroperasi saat bulan puasa," kata Kepala Satpol PP Pemrprov DKI Jakarta,
Effendi Anas, kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Satpol PP juga akan mencari tempat-tempat yang biasa dijadikan pemukiman sementara PMKS ketika menyambangi Jakarta di bulan Ramadan. "Kita sudah indetifikasi tempat para PMKS tersebut biasa tinggal di Jakarta selama bulan Ramadan. Kita juga akan lakukan penertiban ke penampungan mereka," ujar dia.
Effendi juga mengaku, akan memproses secara hukum bagi para pengemis yang kedapatan menyewa anak balita dalam operasinya. "Kebanyakan begitu, menurut informasi yang kita dapat, agar anak ini diam banyak yang dibius. Ini yang akan kita tindak tegas juga, terutama yang memanfaatkan anak-anak di bawah umur untuk bekerja sebagai pengemis," ancamnya.
Effendi juga mengakatakan, telah berkordinasi dengan panti sosial di Pemalang, Jawa Tengah dan Indramayu, Jawa Barat, karena selama ini banyak PMKS yang tertangkap dari daerah-daerah tersebut. Mereka juga akan fokus mencari para kordinator gepeng ini. "Kami menduga praktik maraknya PMKS pada bulan puasa ada yang mengkoordinir. Kita akan berikan sanksi yang lebih berat untuk para koordinator PMKS," kata mantan Walikota Jakarta Utara ini.
sumber : http://www.forumkami.net/cafe/54546-intip-jurus-mengemis-ala-pengemis.html
0 komentar :
Posting Komentar