Bahkan Bakteri Pengurai Pun Enggan Pada Mayat Perokok
mayat perokok akan lebih lama menyatu dengan tanah
ketimbang mayat orang yang tidak merokok.
Begitulah simpulan para ahli forensik dari University of Wolverhampton,
Inggris, yang mengadakan serangkaian penelitian untuk
menentukan secara pasti waktu kematian dalam kasus-kasus mencurigakan.
Menghitung interval post-mortem (PMI) - waktu yang
telah berlalu sejak seseorang telah meninggal - merupakan
salah satu bagian terpenting dari informasi yang akan didirikan dari TKP,
dan ini adalah salah satu yang paling sulit untuk mencari tahu.
Karena semakin lama mayat ditemukan, metode yang selama
ini digunakan semakin tidak akurat.
Terlebih lagi, saat tubuh dimakamkan di kuburan rahasia,
metode untuk menentukan PMI bisa menjadi tidak dapat diandalkan
untuk berbagai alasan: aktivitas serangga membuahkan tanda yang
menjadi kurang dari yang diharapkan, atau akan sulit untuk
mengatakan apakah tubuh dipindahkan dari lokasi lain.
Christopher Rogers dari University of Wolverhampton, Inggris,
yang memimpin penelitian menyebut tiap bagian tubuh ternyata
memiliki "masa hancur" yang beragam.
Dia mencontohkan tulang rawan,
karena tidak mendapatkan pasokan darah,
maka akan rusak lebih lambat dari jaringan lain.
Untuk menguji teori ini, Rogers dan koleganya mengubu
kaki babi dalam tanah untuk mensimulasikan penguburan
manusia di kuburan dangkal. Mereka meninggalkan kaki untuk
menguraikan untuk berbagai panjang waktu sampai 13 minggu.
Hasil penelitiannya disajikan dalam Konferensi Penelitian
Forensik dan Pengajaran di Coventry, Inggris,
menunjukkan bahwa tulang rawan terurai dalam beberapa
tahap yang berbeda. Yang penting,
kristal mineral yang terbentuk pada tulang rawan
setelah tiga minggu dan menghilang setelah enam minggu,
memberikan cap "waktu yang jelas".
Rogers yakin bahwa kristal bisa membuat tulang rawan
alat analisis yang berguna dalam menentukan PMI,
namun menekankan bahwa studi yang sama perlu dilakukan
dalam kondisi yang berbeda, seperti temperatur yang berbeda
dan jenis tanah, untuk memeriksa apakah hasil yang konsisten.
Dalam studi terpisah di Nottingham Trent University, Inggris,
Andrew Chick meneliti apakah
merokok mempengaruhi perhitungan PMI. Ilmuwan forensik
sering melihat serangga memakan mayat,
tetapi nikotin dalam tubuh perokok
bisa mempengaruhi perilaku serangga "dan
mengacaukan waktu perkiraan kematian".
Untuk mengetahui lebih lanjut, Chick dan rekan-rekannya
telah meletakkan tiga babi mati di hutan.
Dua dari babi telah disuntik dengan nikotin pada tenggorokannya,
untuk meniru daerah mana yang terbesar mengandung nikotin
dalam tubuh manusia dan satu lagi tanpa disuntik nikotin.
Penelitian akan dilaksanakan selama lima tahun,
tetapi tim telah menemukan beberapa hasil awal yang menarik.
Ternyata, lalat menghindari daerah nikotin,
dan ketika mereka bertelur di sana,
telur-telur itu tidak bergerombol seperti pada bagian yang lain.
Bila belatung menetas, mereka juga menghindari makan
di daerah yang kaya nikotin.
"Bahkan kumbang pun menjauh," ujarnya,
seraya menambahkan hasil ini berarti bahwa tubuh perokok
mungkin lebih lambat membusuk dibandingkan non-perokok.
"Jika percobaan ulang mendukung temuan ini,
ilmuwan forensik akan perlu untuk membedakan
antara tubuh orang yang merokok dan mereka yang tidak,
" kata Chick.
Ia menambahkan, bahan kimia lainnya dapat
mengakibatkan hal yang sama juga.
"Ada bukti dalam literatur obat-obatan ilegal yang
memiliki pengaruh terhadap cara tubuh membusuk: kokain,
misalnya, memperbesar ukuran belatung."
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5233175
0 komentar :
Posting Komentar